Eko-Wisata dan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

Tanggal : 7 Juli 2007
Sumber : http://www.bunghatta.info/tulisan.php?dw.205


Mengunjungi suatu tempat biasanya dilakukan oleh seseorang maupun lebih dari satu orang, baik berdua, satu keluarga, satu kelas, satu kelompok, satu RT, atau satu kampung dengan tujuan tertentu untuk melihat dan menikmati keindahan alam merupakan aktivitas parawisata.

Selain tujuan tersebut diatas, parawisata pada saat ini berkembang jauh kedepan, seorang berpergian atau mengunjungi satu tempat atau lokasi lebih dari 24 jam dengan tujuan perjalanan untuk kesenangan, bisnis, keluarga, misi/pertemuan dan atau tidak untuk mencari nafkah maka dapat dikatakan seseorang tersebut sebagai seorang parawisata.


Banyak tempat dan lokasi yang berpotensi sebagai magnit wisata di Sumatera Barat, khusus untuk wisata bahari, mulai dari Pasaman, sampai ke Pesisir Selatan bahkan ke Mentawai sekalipun informasi tentang daerah tujuan wisata (DTW) dan potensi wisata dengan segala keindahan dan fasilitas serta kemudahan sudah di sampaikan ke masyarakat luas.

Akan tetapi sampai saat ini parawisata yang terkaitan dengan perairan masih belum menunjukkan tanda perkembanganya, walaupun dari data statistik terjadi peningkatan jumlah kunjungan wisatawan manca negara maupun wisatawan nusantara, dimana pada tahun 2003 untuk Sumatera Barat kunjungan mencapai 926.736 untuk wisatawan nusantara dan 57.283 untuk wisatawan manca negara.

Pola kedatangan wisatawan untuk wilayah Sumatera Barat dengan pusat kunjungan adalah di Kota Padang dan Bukittinggi, selanjutnya baru menyebar kebeberapa daerah lain. Sedangkan untuk wisata bahari lebih banyak wisatawan manca negara mengunjungi Kepulauan Mentawai yang menjadi daya tarik adalah adalah ombak (surfing), budaya lokal serta panorama alamnya yang indah. Sedangkan untuk daerah pesisir lainnya seperti Pasaman, Agam, Pariaman, Kota Padang, Pesisir Selatan masih belum menjadi daerah tujuan utama, walaupun dimasing-masing kabupaten terdapat lokasi dan potensi wisata bahari.

Hal ini disebabkan oleh masih kurangnya sarana dan prasarana menuju lokasi serta masih rendahnya dukungan masyarakat terhadap kedatangan wisatawan. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat serta masyarakat belum melihat peluang wisata bahari sebagai salah satu sumber pendapatan.

Kota Pariaman terkenal dengan pulau-pulau kecilnya seperti Pulau Kasiek, Pulau Anso, Pulau Tangah, Pulau Ujung, dan Pulai Pieh (Kab.Padang Pariaman), masih belum menjadi daerah tujuan wisata, kecuali pada hari-hari tertentu saja.

Dalam mendukung kegiatan wisata bahari, perlu adanya keterlibatan masyarakat pesisir pantai di Kota/Kabupaten Pariaman dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisata bahari untuk ke empat pulau dan semua pantai yang indah dan menarik, baik untuk wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara.

Meningkatkan peran serta masyarakat memang tidak, mudah perlu ada proses yang dilakukan secara terus menerus pada kelompok-kelompok masyarakat, sehingga apa yang diharapkan dari kegiatan parawisata mendapatkan dukungan dan manfaaat dari masyarakat disekitarnya.

Untuk saat ini keterlibatan masyarakat dikenal dengan pemberdayaan (enpowarmant) dimana keterlibatan masyarakat secara langsung didalam setiap kegiatan dan aktivitas yang dilakukan didaerahnya. Masyarakat dapat berperan dalam penyediaan fasilitas ke lokasi pulau-pulau kecil yang terdapat didalam wilayah perairan Kota/Kebupaten Padang Pariaman. Dengan mengunakan kapal, perahu payang ataupun “sampan boleng” dengan mesin 30 PK sudah dapat mencapai lokasi. Tentunnya dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat secara umum. Sehingga diharapakan dengan adanya penyediaan fasilitas oleh masyarakat dengan harga yang terjangkau maka kegiatan berwisata di pesisir dan pulau-pulau akan diminati oleh masyarakat lokal selain wisatawam manca negara yang juga akan mengunjungi lokasi-lokasi wisata bahari tersebut.

Bahkan masyarakat dapat juga ikut berperan di dalam menyiapkan nasi di tepi pantai dengan membeli “nasi sek” yang sudah cukup terkenal, membeli “sala lauk”, atau karupuak baguak, kerupuk udang ataupun goreng ikan.

Tentunnya semua ini tidak lepas dari peran serta masyarakat dalam mendukung kegiatan parawisata bahari yang ramah lingkungan dan berbasis masyarakat. Dari segi ekonomi parawisata sudah menjadi suatu sektor industri terbesar didunia dengan tingkat pertumbuhan yang tertinggi dalam sektor jasa parawisata, dan seiring dengan pertumbuhan telekomunikasi dan teknologi informasi yang di perkirakan akan menjadi kunci sukses dalam pengembangan parawisata.

Kehadiran pulau-pulau termasuk juga gosong yang sangat banyak sekali dikawasan Perairan Kota/Kabupaten Padang Pariaman sudah dapat menjadi pendukung parawisata bahari apa lagi dengan sudah ditetapkannya Taman Wisata Laut (TML) yang sudah diresmikan oleh Pemerintah pada tahun 2001, serta juga penetapan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Kota Pariaman oleh Wali Kota Th 2006, juga untuk mendukung parawisata bahari.

Kehadiran Bandara Internasional Minangkabau di Kota/Kabupaten Padang Pariaman juga akan menjadi pemicu percepatan kedatangan wisata manca negara, apalagi setelah difungsikan bandara tersebut secara resmi di ujung bulan juni tiga tahun yang lalu. Serta akan di resmikannya Kereta Api Wisata, diharapkan pemanfaatan fasilitas kereta api semakin populer nantinya.

Manfaat ekowisata dengan memberdayakan masyarakat lokal juga akan berdampak dan dirasakan oleh warga Kota Padang tercinta dengan potensi 17 pulau-pulau kecil yang indah yang mempesona, semoga saja.

0 komentar: