Nelayan Kehilangan Mata Pencaharian

Tanggal : 4 Juli 2007
Sumber : http://www.posmetrobatam.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1428&Itemid=38

BATAM, METRO: Maraknya reklamasi pantai hingga daerah tangkapan nelayan dan industri-industri yang didirikan di pesisir pantai, membuat masyarakat pesisir menuai penderitaan. Seperti yang terjadi di pantai barat, Kecamatan Bulang, Puluhan industri galangan kapal telah berdiri di sana dengan aktifitasnya yang padat dan menebarkan polusi udara dan air laut.

Begitu juga di pesisir pantai timur, Belian, akibat reklamasi, air menjadi tercemar dan mengganggu ekosistem laut. Begitu juag yang terjadi di Pantai Tanjunguma.

Di satu sisi masyarakat pesisir atau hinterland sebenarnya bangga dengan tanah kelahiran mereka yang berkembang begitu pesat.
Tapi di sisi yang lain mereka justru menangis, karena ikan-ikan yang merupakan sumber rezeki dan penghidupan keluarga mereka menghilang entah ke mana.

Saat ini, menurut Abdul Rahim salah seorang tokoh masyarakat pesisir yang juga anggota Dewan Pendiri Forum Musyawarah Masyarakat Pulau (Formap) ribuan masyarakat pesisir gigit jari karena tak bisa melaut.

"Berapa banyak anak-anak kita yang tak bisa melanjutkan sekolahnya, karena orang tua mereka tak mampu membiayai," ujarnya, kemarin.

Masyarakat pesisir, lanjut Rahim merupakan masyarakat yang telah menyatu dengan laut, sehingga jika laut mereka tercemar dan tak ada lagi yang bisa digarap dari sana, maka putuslah mata rantai pencarian para masyarakat.

"Mereka tak punya keahlian lain, dari datuk, nenek mereka, sudah nelayan, itulah satu-satunya yang mereka boleh buat, kalau ikan-ikannya sudah tak ada, lantas apa yang mau mereka buat. Jadi buruh bangunan? Mereka tak bisa," ungkapnya.

Yang lebih tragis lagi, saat ini banyak para nelayan yang menjadi pengumul besi tua dari dasar laut. "Tapi itu pun beresiko, sudah berapa banyak orang pesisir yang ditangkap, karena dituduh mencuri besi, padahal yang mereka ambil itu besi yang sudah puluhan tahun di dasar laut," katanya.
Masalah yang dihadapi masyarakat pesisir saat ini, bukan hanya sebatas ekonomi lanaran kehilang mata pencaharian itu saja.

Tapi lanjutnya, masih banyak mereka yang hidup seperti saat penjajahan. "Ada beberapa daerah pesisir atau hinterland yang hingga saat ini belum masuk listri. Adapun yang sudah masuk, tapi listriknya hanya hidup pada malam hari saja, sedangkan siang hari padam total," terangnya.

Jika hal ini dibiarkan terus beralarut-larut, maka masyarakat pesisir tidak akan pernah berkembang. Dan saya nilai, yang salah dalam hal ini pemerintah, karena tidak memberikan kesempatan kepada mereka untuk berkembang," tudingnya.

Rahim berharap, baik Pemko Batam mau pun Otorita Batam, berbesar hati untuk menyamakan status masyarakat pesisir ini dengan masyarakat lainnya yang hidup di perkotaan Batam.

"Berilah mereka perhatian, bila perlu berikan mereka lokasi baru dan kemudahan-kemudahan bekerja, sebagai ganti laut yang telah dicemari," katanya.

Rahim juga tak segan-segan melaporkan pemerintah ke Komisi HAM, jika sikap pemerintah tetap tidak memperdulikan masyarakat hinterlan ini.(one)

0 komentar: