Tanggal : 18 April 2007
Sumber : http://www.riauinfo.com/main/news.php?c=11&id=797
Bengkalis (RiauInfo) - Menteri Kelautan Dan Perikanan Indonesia Freddy Numberi menyebut upaya untuk meningkatkan taraf hidup bagi 16,4 juta jiwa penduduk Indonesia yang tinggal di 8009 desa, di 297 kabupaten pesisir hingga saat ini terus dilakukan. Agar upaya itu kian optimal kata Freddy pihaknya sudah melakukan program-program yang fokus untuk memberdayakan masyarakat yang ada di pesisir itu. “Banyak upaya yang kita lakukan demi menguatkan perekonomian mereka,” katanya saat menghadiri Kemah Riset Perikanan Nasional di Bengkalis, Riau, Rabu (18/4).
Fokus pembangunan kelautan dan perikanan itu kata Freddy antara lain revitalisasi perikanan yang difokuskan pada peningkatan produksi udang, ikan tuna,rumput laut dan pengembangan kluster industri pengolahan hasil perikanan. Dengan program ini ia berharap penciptaan lapangan kerja kian terbuka. Tahun lalu sebut bekas Gubernur Papua ini, untuk pemberdayaan masyarakat pihaknya sudah melakukan upayapenguatan modal kerja melalui pengembangan dana ekonomi produktif pada program PEMP (Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir).
Bantuan dalam rangka menekan biaya produksi juga sudah dilakukan. Misalnya membangun stasiun pompa bahanbakar Nelayan, kedai pesisir, bantuan sarana modalusaha, pemberian bantuan sarana air bersih dan rumpon.
“Kita sudah membangun 130 pompa bensin di kawasan pesisir dari 500 stasiun pompa yang kita rencanakan. Lantaran itu saya berharap, daerah lain juga turut serta melakukan hal yang sama. Dana Alokasi Khusus dan dana Dekonsentrasi sebahagian bisa dipakai untuk itu,” katanya.
Upaya ini sebut Freddy musti segera dilakukan. Sebab hal utama yang membuat nelayan harus mengeluarkan biaya besar lantaran sulitnya mencari bahan bakar. Lahan untuk membangun stasiun bahan bakar itu kata Freddy hendaknya bisa disediakan oleh pemerintah daerah. “Perangkat pompa minyak dari pemerintah pusat. Ini akan menjadi aset nelayan sehingga nelayan punya dana cadangan bila membutuhkan dana untuk hal-hal yang mendesak,” rincinya.
Penyaluran dana penguatan modal usaha budidaya dan pemberian subsidi benih juga dilakukan. Hingga saat ini sudah ada 35 pesantren bahari dibangun. Pesantren ini dibekali dana bantuan masing-masing Rp 40 juta. Uang itu akan digunakan untuk modal budidaya perikanan.
Dukungan penyediaan sarana dan prasarana. Pengelolaan wilayah pesisir terpadu dan konservasi laut, melalui pengelolaan dan rehabilitasi terumbu karang, pemantapan kawasan konservasi laut daerah serta pengelolaan lingkungan berbasis pemberdayaan masyarakat juga sudah berjalan. Penyediaan perumahan nelayan.
Dukungan penyediaan riset dan teknologi aplikatif. Dukungan peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan, latihan dan penyuluhan juga ada. Makanya kata Freddy pendapatan sektor perikanan sudah kian membaik. Buktinya tahun lalu kontribusi sektor perikanan sudah mencapai angka 2,51 persen.
Produksi perikanan juga terus meningkat terutama untuk produksi budidaya yang tahun lalu sudah mencapai angka 2,26 juta ton. Hasil tangkapan di laut dan perairan umum juga mengalami peningkatan meski tidak setajam perikanan budidaya. Agar industri perikanan di Indonesia dan ketersediaan ikan laut tetap lestari, pemerintah sebut Freddy akan melakukan perbaikan pelayanan perizinan. Mengurangi jumlah kapal perikanan berbendera asing secara bertahap melalui bilateral arrangement dan mensyaratkan pada kapal asing yang akan melakukan operasi di wilayah perairan ZEE untuk membangun industri pengelolaan di dalam negeri.
“Kalau mereka tidak mau membangun, lebih baik tidak usah mencari ikan di perairan kita. Selama ini yang kita besarkan industri mereka. Celakanya, mereka tidak pernah melaporkan hasil tangkapan. Buat apa mereka ada kalau hanya merugikan kita saja,” kata Freddy.
Lantaran itulah katanya kerja sama yang tidak menguntungkan itu satu persatu diputus. Lihatlah kerja sama dengan Fhilipina dan Thailand yang sudah dihentikan. “Bulan Juli kerja sama dengan Cina juga kita hentikan,” ujarnya. Kini kata Freddy, kapal asing yang ada di indonesia tinggal sekitar 30 unit. Armada Nasional sekitar 6000an serta armada rakyat mencapai 525000. “inikan angka yang sangat besar. Makanya sebenarnya kita sudah melebihi kapasitas tangkapan. Kalau ini terus berlangsung, bisa-bisa kita akan kesulitan ikan,” katanya.
Bengkalis sendiri ternyata juga sudah melakukan terobosan untuk melestarikan ikan di laut. Caranya, sebanyak 5.329 Rumah Tangga yang menggantungkan hidupnya di sektor ikan tangkapan, secara bertahap akan diarahkan untuk menjadi nelayan budidaya.
Hal ini kata Syamsurizal demi menghindari kelebihan tangkapan (over fishing) perselisihan lantaran perbedaan alat tangkap dan jenis ikan tangkapan, serta untuk memperluas ruang gerak nelayan dalam menangkap ikan. ”Saat ini sudah ada 770 rumah tangga perikanan budidaya yang sudah kita bina,” katanya
Sumber : http://www.riauinfo.com/main/news.php?c=11&id=797
Bengkalis (RiauInfo) - Menteri Kelautan Dan Perikanan Indonesia Freddy Numberi menyebut upaya untuk meningkatkan taraf hidup bagi 16,4 juta jiwa penduduk Indonesia yang tinggal di 8009 desa, di 297 kabupaten pesisir hingga saat ini terus dilakukan. Agar upaya itu kian optimal kata Freddy pihaknya sudah melakukan program-program yang fokus untuk memberdayakan masyarakat yang ada di pesisir itu. “Banyak upaya yang kita lakukan demi menguatkan perekonomian mereka,” katanya saat menghadiri Kemah Riset Perikanan Nasional di Bengkalis, Riau, Rabu (18/4).
Fokus pembangunan kelautan dan perikanan itu kata Freddy antara lain revitalisasi perikanan yang difokuskan pada peningkatan produksi udang, ikan tuna,rumput laut dan pengembangan kluster industri pengolahan hasil perikanan. Dengan program ini ia berharap penciptaan lapangan kerja kian terbuka. Tahun lalu sebut bekas Gubernur Papua ini, untuk pemberdayaan masyarakat pihaknya sudah melakukan upayapenguatan modal kerja melalui pengembangan dana ekonomi produktif pada program PEMP (Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir).
Bantuan dalam rangka menekan biaya produksi juga sudah dilakukan. Misalnya membangun stasiun pompa bahanbakar Nelayan, kedai pesisir, bantuan sarana modalusaha, pemberian bantuan sarana air bersih dan rumpon.
“Kita sudah membangun 130 pompa bensin di kawasan pesisir dari 500 stasiun pompa yang kita rencanakan. Lantaran itu saya berharap, daerah lain juga turut serta melakukan hal yang sama. Dana Alokasi Khusus dan dana Dekonsentrasi sebahagian bisa dipakai untuk itu,” katanya.
Upaya ini sebut Freddy musti segera dilakukan. Sebab hal utama yang membuat nelayan harus mengeluarkan biaya besar lantaran sulitnya mencari bahan bakar. Lahan untuk membangun stasiun bahan bakar itu kata Freddy hendaknya bisa disediakan oleh pemerintah daerah. “Perangkat pompa minyak dari pemerintah pusat. Ini akan menjadi aset nelayan sehingga nelayan punya dana cadangan bila membutuhkan dana untuk hal-hal yang mendesak,” rincinya.
Penyaluran dana penguatan modal usaha budidaya dan pemberian subsidi benih juga dilakukan. Hingga saat ini sudah ada 35 pesantren bahari dibangun. Pesantren ini dibekali dana bantuan masing-masing Rp 40 juta. Uang itu akan digunakan untuk modal budidaya perikanan.
Dukungan penyediaan sarana dan prasarana. Pengelolaan wilayah pesisir terpadu dan konservasi laut, melalui pengelolaan dan rehabilitasi terumbu karang, pemantapan kawasan konservasi laut daerah serta pengelolaan lingkungan berbasis pemberdayaan masyarakat juga sudah berjalan. Penyediaan perumahan nelayan.
Dukungan penyediaan riset dan teknologi aplikatif. Dukungan peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan, latihan dan penyuluhan juga ada. Makanya kata Freddy pendapatan sektor perikanan sudah kian membaik. Buktinya tahun lalu kontribusi sektor perikanan sudah mencapai angka 2,51 persen.
Produksi perikanan juga terus meningkat terutama untuk produksi budidaya yang tahun lalu sudah mencapai angka 2,26 juta ton. Hasil tangkapan di laut dan perairan umum juga mengalami peningkatan meski tidak setajam perikanan budidaya. Agar industri perikanan di Indonesia dan ketersediaan ikan laut tetap lestari, pemerintah sebut Freddy akan melakukan perbaikan pelayanan perizinan. Mengurangi jumlah kapal perikanan berbendera asing secara bertahap melalui bilateral arrangement dan mensyaratkan pada kapal asing yang akan melakukan operasi di wilayah perairan ZEE untuk membangun industri pengelolaan di dalam negeri.
“Kalau mereka tidak mau membangun, lebih baik tidak usah mencari ikan di perairan kita. Selama ini yang kita besarkan industri mereka. Celakanya, mereka tidak pernah melaporkan hasil tangkapan. Buat apa mereka ada kalau hanya merugikan kita saja,” kata Freddy.
Lantaran itulah katanya kerja sama yang tidak menguntungkan itu satu persatu diputus. Lihatlah kerja sama dengan Fhilipina dan Thailand yang sudah dihentikan. “Bulan Juli kerja sama dengan Cina juga kita hentikan,” ujarnya. Kini kata Freddy, kapal asing yang ada di indonesia tinggal sekitar 30 unit. Armada Nasional sekitar 6000an serta armada rakyat mencapai 525000. “inikan angka yang sangat besar. Makanya sebenarnya kita sudah melebihi kapasitas tangkapan. Kalau ini terus berlangsung, bisa-bisa kita akan kesulitan ikan,” katanya.
Bengkalis sendiri ternyata juga sudah melakukan terobosan untuk melestarikan ikan di laut. Caranya, sebanyak 5.329 Rumah Tangga yang menggantungkan hidupnya di sektor ikan tangkapan, secara bertahap akan diarahkan untuk menjadi nelayan budidaya.
Hal ini kata Syamsurizal demi menghindari kelebihan tangkapan (over fishing) perselisihan lantaran perbedaan alat tangkap dan jenis ikan tangkapan, serta untuk memperluas ruang gerak nelayan dalam menangkap ikan. ”Saat ini sudah ada 770 rumah tangga perikanan budidaya yang sudah kita bina,” katanya
0 komentar:
Posting Komentar