Semarang: tambak terancam

Tanggal : 7 Desember 2007
Sumber : http://www.bbc.co.uk/indonesian/indepth/story/2007/12/071207_studentssemarang.shtml


Mahasiswa Universitas Diponegoro, Semarang, mengunjungi kawasan pesisir yang sering tergenang air laut dan menilik pengaruhnya terhadap hasil tambak.

Mendengar nama Semarang, mungkin anda ingat bandeng prestonya. Namun puluhan hektar tambak di pesisir Semarang banyak yang rusak karena terjangan intrusi air laut atau yang disebut penduduk setempat sebagai "rob".

Hasil tambak penduduk di pesisir Semarang ini termasuk bandeng, gurame dan udang.

"Dulu banyak tambak di sini, tapi sekarang sudah banyak hilang karena banjir rob. Tambak ini hasilnya macam-macam, ada bandeng, udang.

Dulu banyak tambak di sini, tapi sekarang sudah banyak hilang karena banjir rob
Darmo, nelayan tambak di Semarang

"Ratusan hektar rusak karena rob," kata pak Darmo, nelayan di Tambak Lorok, salah satu kawasan tambak di pesisir Semarang kepada Clara Novita Anggraini dari Universitas Diponegoro.

Intrusi air laut ini, bagi para nelayan berarti bencana, karena penghasilan mereka tersapu banjir.

Masalah klasik

Rob sebenarnya merupakan masalah klasik yang sudah sejak dulu terjadi di Semarang.

Namun pakar lingkungan dari Univesitas Diponegoro, DR Robert Kodoatie mengatakan pemanasan global yang menyebabkan naiknya permukaan air laut akan menyebabkan rob bertambah parah.

Pemanasan global akan mempercepat tenggelamnya Semarang
DR Robert Kodoatie, pakar lingkungan Undip, Semarang

"Tanpa global warning (pemanasan global), permukaan akan turun terus sampai empat meter. Kalau Semarang tenggelam, khususnya daerah rob, perkiraannya, ya.

"Kapan? Dihitung saja, ada kawasan yang turun 10 cm pertahun, jadi untuk 10 tahun ke depan, tinggal dihitung saja.

"Dengan global warming akan tambah parah. Permukaan air laut jadi tambah tinggi, dan mempercepat Semarang tenggelam," kata Robert Kodoatie.

Rob memang bukan hanya merugikan para nelayan.

Rob yang setiap hari bertambah parah ini juga mengakibatkan terganggunya aktivitas masyarakat kota Semarang dan sekitarnya. Salah satunya adalah kemacetan jalur pantai utara Jawa.

Di kawasan yang tergenang ini, selain pasar, ribuan rumah penduduk, juga terdapat sejumlah fasilitas umum lain, seperti sekolah, dan pusat kesehatan masyarakat. Kesehatan penduduk juga terancam.

Tambak rusak

Pemerintah kota harus melakukan penyemprotan rutin, karena genangan air yang terjadi merupakan ancaman dalam bentuk berbagai penyakit, terutama penyakit kulit dan demam berdarah.

Ida Purnomowati dari Dinas Kelautan dan Perikanan, DKP, Kota Semarang mengatakan banyak tambak yang rusak di kawasan pesisir Semarang.

"Di daerah kecamatan Tugu saja ada kurang lebih 110 hektar, tambak yang tidak dapat difungsingkan lagi untuk tahun 2006-2007. Ini tentunya memprihatinkan," kata Ida Purnomowati dari Dinas Kelautan dan Perikanan, DKP.

Untuk menangani rob, Ida Purnomowati mengatakan pihaknya melakukan gerakan bersih pantai dan laut. Selain untuk mengatasi dampak rob di pantai, kata Ida, langkah itu juga menangani dampak rob di daratan.

Namun, Robert Kodoatie menilai sampai saat ini belum ada langkah yang jelas untuk menangani rob.

Di kecamatan Tugu saja, 110 hektar tambak tidak dapat difungsikan lagi
Ida Purnomowati, Dinas Kelautan dan Perikanan Semarang

"Persoalan ini kan sudah lama, tetapi belum ada cara yang tepat untuk menanganinya. Masih mempertahankan sistem lama, dengan melakukan drainase ke laut, padahal permukaan air laut sekarang lebih tinggi. Jadi kan sulit," kata Robert.

Di kawasan tambak sendiri, para nelayan banyak yang mencari pekerjaan lain untuk menyambung hidup, karena banjirnya tambak mereka.

"Kalau seperti saya, bisa ngelas atau konstruksi, ya saya kerjakan. Kalau tidak punya ketrampilan, ya jadi tukang batu atau ngenek," kata Doyok, seorang penduduk di Tambak Lorok.

Pemerintah kota sendiri, kata Ida Purnomowati, antara lain mencoba memperkenalkan diversifikasi usaha kepada para nelayan tambak.

"Kami mencoba memperkenalkan budidaya lain ke para nelayan. Kami pernah ajak nelayan tambak untuk melakukan budidaya rumput laut. Ini salah satu alternatif lain, karena rusaknya tambak akibat rob," kata Ida.

Data resmi menunjukkan 70% produksi bandeng bukan lagi dari Semarang.

Akankah Semarang kehilangan bandeng prestonya suatu saat nanti?

0 komentar: