Tanggal : 2 Januari 2008
Sumber : http://banjarkab.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=1127&Itemid=10
MARTAPURA– Cuaca ekstrim yang terus melanda, berdampak hebat bagi para nelayan. Nalayan Desa Podok Kecamatan Aluh-Aluh salah satunya. Sudah dua pekan ini terpaksa berdiam diri di rumah. Angin kencang disertai gelombang besar adalah alasan mengapa mereka memilih tidak turun ke laut mencari nafkah.
“Sudah setengah bulan kami tidak berani mencari ikan ke laut. Anginnya sangat kencang. Kalau pun ada yang turun, paling hanya di sungai-sungai pinggir laut, tidak ada yang berani jauh ke laut. Sebagian lagi memilih mencari usaha lain,” ungkap Pembakal Pondok Mahlan, kemarin.
Keputusan para nelayan setempat untuk tidak mengambil rIsiko bukannya tanpa alasan. Pada tahun-tahun sebelumnya, terutama di akhir tahun 2006 lalu, angin ribut disertai gelombang tinggi selalu terjadi. Bahkan puncaknya angin ribut tahun lalu mengakibatkan puluhan rumah rusak bahkan sampai menelan satu orang korban jiwa.
“Kalau mencari ikan di laut memang hasilnya lumayan. Dalam sehari satu orang bisa mendapatkan penghasilan Rp40 ribu sampai Rp50 ribu. Jauh lebih besar dibanding mencari ikan di sungai yang hanya Rp10 ribu hingga Rp15 ribu per hari,” katanya.
Di bagian lain, Mahlan mengaku masyarakatnya yang didominasi nelayan saat ini sedang mengalami kesulitan yang luamayan berat. Selain tidak bisa melaut karena cuaca, ditambah lagi meningkatnya harga bahan bakal klotok dari harga normal solar, Rp4000-an per liter kini naik menjadri Rp6000 per liternya.
“Dengan kondisi seperti ini, kalau pun cuaca nanti sudah tenang, biasanya pertengahan Januari sudah tenang, penghasilan nelayan sepertinya bakal menurun. Ini jika harga jual ikan tetap sedangkan bahan bakal klotok masih tidak normal,” katanya.
Sementara itu, hal yang sama juga dialami para nelayan di desa lainnya di Kecamatan Aluh-Aluh. Nasib yang sama dialami nelayan seperti dari Desa Terapu dan Desa Aluh-Aluh Kecil.
0 komentar:
Posting Komentar